“Kekuatan Itu Bernama Keluarga”

Oleh: Gina Ispiwal, Penyintas Kanker Ovarium & Kolorektal Stadium 4

Divonis kanker pada usia 28 tahun bukanlah hal yang menyenangkan. Pada usia tersebut teman-teman Saya sedang berbahagia dengan status baru mereka sebagai seorang istri dan ibu, serta karir yang cemerlang. Sedangkan Saya harus menerima kenyataan bahwa kanker ovarium stadium 3B sedang bersarang di tubuh Saya; dan nantinya kanker kolorektal juga. Tidak ada gejala, tidak ada tanda-tanda semua secara tiba-tiba saja. 

April 2019, Saya mengalami sakit perut kanan bawah yang luar biasa, Saya pun dilarikan ke rumah sakit. Pemeriksaan dilakukan dan ternyata ada masa berukuran 18 cm bersarang di ovarium kanan. Hasil PA (Patalogi Anatomi) menyatakan Saya positif kanker ovarium stadium 3B. Runtuh seketika dunia Saya. Saya yang baru saja menikah dan menjadi seorang ibu, tiba-tiba merasa kematian di depan mata. 

Tuhan, apakah ini mimpi? Saya benar-benar merasa terpukul, merasa ini tidak adil. Kenapa harus Saya ?

Waktu itu dalam pikiran Saya, tentunya Saya akan menjadi beban keluarga, menjadi pesakitan yang tidak bisa beraktivitas normal lagi. Tapi ternyata tidak demikian, sampai detik ini Saya, masih bisa beraktivitas layaknya manusia-manusia sehat lainnya, walaupun kondisi Saya tidak lebih baik dari sebelumnya.

Saya saat sedang rawat inap setelah menjalani pengobatan di rumah sakit.

Dua tahun berjuang, setelah melewati dua kali operasi besar di tahun yang sama (2019), pengangkatan tumor berukuran 18 cm di ovarium kanan, pengangkatan tumor di ovarium kiri, histerektomi, pemotongan dan penyambungan usus sepanjang 6 cm, dan pemasangan dj stent di ginjal kiri. Apakah penderitaan Saya berakhir? Tentu saja tidak teman. 

Kanker baru muncul di usus besar Saya, bukan diakibatkan penyebaran atau metastasis tetapi kanker baru, kanker kolorectal. Waw…dua kanker sekaligus bersarang dalam tubuh Saya, ah….waktu itu Saya hanya bisa berucap,”Mau Mu apa sih Tuhan?”

Pada akhirnya, Saya harus kemo (lagi). Total kemo yang Saya jalani sebanyak 18 siklus, 6 siklus untuk kanker ovarium dan 12 siklus untuk kanker colorectal. Benar-benar melelahkan. Mari kita main tebak-tebakan lagi, apakah semuanya selesai ? Tentu saja tidak teman, kanker Saya naik kelas menjadi stadium 4 dan paliatif dan Saya harus radiasi sebanyak 31 kali. Semesta memang suka bercanda, kali ini Saya pun sudah bisa ikut tertawa dan berhenti bertanya kepada-Nya.

Melakukan pengobatan kanker di rumah sakit.

Apakah Saya tidak capek dengan ini semua, Saya masih manusia biasa teman. Masih bisa merasakan capek, sedih, dan terpuruk dengan kondisi Saya saat ini. Apalagi sudah tidak sempurna lagi sebagai perempuan. Tapi apakah dengan sedih yang berkepanjangan akan membuat Saya sembuh? Justru malah sebaliknya. Maka dari itu Saya belajar untuk menerima semuanya dan mengendalikan emosi. Saya yakin dan percaya Dia perencana terbaik dan pasti akan selalu memberikan yang terbaik. Saya tidak berhak protes sama sekali. 28 tahun hidup dan merasakan sehat, kenapa ketika diberikan ujian sakit Saya harus protes ? 

Mereka bilang Saya kuat, mereka salah besar. Karena bukan Saya yang kuat tapi orang-orang yang berada di sekeliling Saya, merekalah support system Saya. 

Keluarga dan teman-teman disekitar Saya sangatlah luar biasa. Penerimaan merekalah yang membuat Saya kuat dan bertahan sampai detik ini. Ketika divonis kanker, suamilah orang pertama yang meyakinkan Saya bahwa semua akan baik-baik saja. Lelaki yang luar biasa sabar, menerima segala kurang Saya dan masih mau bertahan sampai detik ini. Kemudian ada ketiga orang tua Saya. Mak yang selalu berusaha tegar menerima kenyataan bahwa anak perempuan yang diharapkannya kini umurnya bagai telur di ujung tanduk, dan mertua yang luar biasa baik. Kasih Sayang dan perhatian mereka tidak pernah berubah, masih sama. Saya masih dianggap sebagai menantu mereka walaupun dengan kondisi Saya yang terbatas ini. 

Suami & Kiandra, anak saya saat merayakan ulang tahun anak yang ketiga.

Selain suami dan ketiga orang tua Saya, alasan terbesar Saya masih berjuang dan bertahan sampai detik ini adalah Kiandra, putra semata wayang Saya. Kiandra saat ini berusia 3 tahun 6 bulan, dan Saya selalu merayu Tuhan. Saya ingin mendampingi Kiandra ketika wisuda kelak, sampai ia meraih gelar doktor dalam keadaan kuat. Saya yakin dan percaya, tidak ada yang mustahil jika Dia sudah berkehendak.

Diterima dalam keadaan sehat dan sempurna, itu hal yang biasa tapi diterima ketika berada di titik terendah hidup dan dalam keadaan tidak sempurna lagi, sejatinya itulah penerimaan yang sesungguhnya. Terimakasih kepada support system Saya, keluarga Saya, yang sampai detik ini masih mau menerima Saya. 

Catatan Editor: Hasil pengobatan dan pengalaman pasien kanker dapat bervariasi, bahkan untuk pasien yang memiliki jenis kanker yang sama. Kisah pasien atau pendamping individu tidak dapat digunakan sebagai prediksi tentang bagaimana pasien lain akan merespon terhadap pengobatan. Kisah ini hanya ditujukan untuk berbagi pengalaman penulis dan juga menyemangati penyitas. Silahkan berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum menjalani pengobatan kanker.