Terkadang kita harus merasakan kelemahan untuk tahu seberapa kita kuat. Kelemahan bukanlah sesuatu yang buruk tetapi merupakan sebuah proses bagian kehidupan untuk kita bisa menerima dan menjadi pribadi yang lebih baik. Proses bukan untuk dilompati tetapi dijalani.
Selasa tanggal 13 Agustus 2019, berdasarkan hasil patologi yang sudah ditunggu selama seminggu lebih 3 hari, saya fix tervonis menderita penyakit kanker payudara. Sebelumnya pada tanggal 2 Agusus 2019, saya sudah menjalankan operasi pengangkatan benjolan di kedua payudaraku. Benjolan itu terjadi saat saya memasuki kehamilan anak kedua. Awal mula saya merasa adanya benjolan lunak kecil di payudara sebelah kanan sebesar biji kacang, karena menjelang haid saya pikir itu hormon haid yang biasa suka membuat payudara agak bengkak dan sakit. Tidak lama kemudian saya hamil anak kedua, jadi terpikirlah kalo benjolan itu mungkin karna hormon kehamilan. Sampai melahirkan benjolan itu tidak hilang, saya masih mengira payudara bengkak dan muncul benjolan kecil karena menyusui. 6 bulan setelah melahirkan ternyata payudara sebelah kiri muncul juga benjolan kecil, tapi ini ukurannya lebih kecil dari sebelah kanan dan tidak sakit sama sekali. Saya mulai curiga, hingga memberanikan diri googling dan pergi ke dokter onkologi. Setelah USG Mammae saya didiagnosa kista akibat penyempitan kantong asi. 1 tahun berlalu setelah melahirkan saya berhenti menyusui, namun benjolan di sebelah kanan makin membesar dan benjolan terasa nyeri saat haid. Karena benjolan yang terasa semakin besar, akhirnya suami mengajak untuk konsultasi secepatnya ke dokter onkologi. Sang dokter menyarankan operasi untuk membuang benjolan yang nantinya dikhawatirkan malah menjadi tumor/kanker.
Ketika hasil patologi keluar dan diagnosa menyatakan payudara sebelah kanan aku ada kanker. Banyak yang bertanya apakah saya kaget?? Syok?? Jawaban saya adalah tidak juga, saya sudah pasrah dan berusaha untuk tidak sedih, karna menurut saya bukan waktunya untuk sedih, menangis terus meratapi diri. Saya memang punya riwayat keturunan kanker payudara dari almarhum mamaku, jadi saya juga sudah mempersiapkan diri dari kemungkinan terkena kanker. Saya menguatkan diri “Oke, Theres waktunya berjuang!!”, Kanker bukan berarti kematian, jadi mari berusaha untuk melawan si kanker ini. Sempat terlintas sih, kenapa kok dikasih kanker sekarang ini, anak-anakku masih kecil, umur juga belum tua amat. Saya mencoba positif thinking, mungkin Tuhan kasih sekarang agar tubuh saya lebih kuat untuk melawan sel kanker ini, jika sudah tua mungkin tidak sekuat ini. Semenjak diagnosis, saya jadi belajar satu hal, belajar untuk ‘Sabar’. Karena hampir setiap minggu akan ke Rumah Sakit dan menunggu, antri, bolak-balik urus administrasi, sampai ke menahan lapar. Dulu saya paling menghindari antri panjang, tapi pengobatan kanker tidak bisa menunda waktu. Karena waktu sangatlah berharga.
Pengalaman kemo pertama, 15 hari kemudian rambut mulai rontok parah dan pada tanggal 8 Oktober 2019, saya mencukur rambuku hingga botak. Saya juga bersyukur untuk suami yang selalu mensupport yang menjadi kekuatan terbesarku untuk menjadikan saya kuat sampai sekarang. Walaupun tidak berambut bukan berarti jadi tidak cantik, selama kita menerima diri kita apa adanya dengan bersyukur dan hati gembira maka cantik dari diri sendiri akan terpancar. 6 April 2020, hasil dari pet scan menyatakan saya sudah bersih dari si kanker nakal. Walaupun cancer free bukan berarti jadi terlena, tetapi harus menjaga agar ‘dia’ bobo dan tidak bangun lagi. Gimana caranya? Saya merubah pola hidup menjadi sehat, mengatur pola makan yang sehat. 19 Maret 2021 saya menjalankan ooforektomi bilateral, dengan tujuan untuk membuang sumber hormon yang menjadi pencetus kanker ditubuhku. Ooforektomi adalah prosedur operasi yang bertujuan untuk mengangkat ovarium. Kanker sudah menggerogoti bagian dari fisikku, tapi aku gak mau membiarkan dia menggerogoti kebahagiaanku.
Keep going and fight for yourself
There are better things awaits you, Have faith !!