Metode Skrining Kanker Kolorektal: Deteksi Dini untuk Mencegah Kanker Usus Besar

Kanker kolorektal atau yang juga disebut sebagai kanker usus besar adalah salah satu jenis kanker yang mempengaruhi kolon atau rektum. Penting untuk mendeteksi kanker ini sejak dini agar bisa lebih mudah diobati dan meningkatkan peluang penangan agar tidak membahayakan nyawa seseorang. 

Beberapa metode skrining saat ini  telah dikembangkan untuk membantu dokter dalam menemukan kanker kolorektal sebelum timbulnya gejala, serta memungkinkan pengangkatan adenoma dan polip sebelum berubah menjadi kanker. Dengan demikian, skrining kanker kolorektal bukan hanya deteksi dini, tetapi juga bentuk pencegahan kanker.

metode-deteksi-dini-kanker-usus-besar

Metode yang Digunakan untuk Mendeteksi Kanker Usus Besar

1. Tes Tinja

Tes tinja dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan darah dalam tinja yang tidak dapat terlihat secara visual. Baik polip maupun kanker kolorektal dapat mengeluarkan darah, dan tes tinja bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah darah yang sangat kecil dalam tinja. Menurut National Cancer Institute, saat ini terdapat tiga jenis tes tinja yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk skrining kanker kolorektal, yaitu:

  • Guaiac FOBT (gFOBT)

gFOBT menggunakan bahan kimia untuk mendeteksi heme, komponen protein darah hemoglobin. Namun, gFOBT juga dapat mendeteksi heme pada beberapa jenis makanan seperti daging merah, sehingga penderita harus menghindari makanan tertentu sebelum melakukan tes ini.

  • Fecal Immunochemical Test (FIT)

FIT atau sering juga disebut sebagai iFOBT menggunakan antibodi untuk mendeteksi protein hemoglobin secara spesifik. Tes ini tidak memerlukan batasan diet khusus sebelum dilakukan.

  • Multitargeted Stool DNA Testing (FIT-DNA)

FIT-DNA mendeteksi hemoglobin, bersama dengan biomarker DNA tertentu. DNA berasal dari sel-sel di lapisan kolon dan rektum yang terkelupas dan terkumpul dalam tinja saat melewati usus besar dan rektum.

2. Sigmoidoskopi

Dilansir dari situs CDC, sigmoidoskopi merupakan metode skrining yang menggunakan sigmoidoskop, dokter akan memasukkan tabung pendek, tipis, lentur, yang dilengkapi dengan cahaya ke dalam rektum Anda. 

Dokter akan memeriksa adanya polip atau kanker di dalam rektum dan dua pertiga bagian bawah usus besar. Selama sigmoidoskopi, pertumbuhan abnormal di rektum dan usus sigmoid dapat diangkat untuk dianalisis (biopsi). 

Persiapan sebelum sigmoidoskopi biasanya tidak terlalu rumit, tetapi usus bagian bawah harus dibersihkan terlebih dahulu. Biasanya, penderita tidak diberikan obat penenang saat menjalani tes ini. Para ahli umumnya merekomendasikan sigmoidoskopi setiap 5 atau 10 tahun untuk orang yang berisiko rata-rata dan telah memperoleh hasil tes yang negatif. Orang yang menjalani sigmoidoskopi juga dapat melakukan tes FIT setiap beberapa tahun sekali.

3. Kolonoskopi

Menurut National Cancer Institute, kolonoskopi adalah metode skrining yang melibatkan pemeriksaan rektum dan seluruh kolon menggunakan kolonoskop, tabung lentur yang dilengkapi dengan lensa dan alat untuk pengambilan jaringan. Seperti sigmoidoskop yang lebih pendek, kolonoskop dimasukkan melalui anus ke rektum dan kolon sementara udara dipompa ke dalam usus untuk memperluasnya agar dokter dapat melihat lapisan usus dengan lebih jelas.

Selama kolonoskopi, pertumbuhan sel abnormal di seluruh kolon dan rektum dapat diangkat. Persiapan untuk kolonoskopi melibatkan pembersihan usus secara menyeluruh sebelum tes dilakukan. Sebagian besar pasien diberikan anestesi selama tes ini.

4. Kolonoskopi Virtual

Dilansir dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, kolonoskopi virtual, juga dikenal sebagai computed tomographic (CT) colonography, adalah prosedur di mana seorang radiolog menggunakan sinar-X dan komputer untuk menciptakan gambar rektum dan usus besar Anda dari luar tubuh. Kolonoskopi virtual dapat menunjukkan tukak, polip, dan kanker.

Kolonoskopi virtual adalah tes sinar-X yang membutuhkan waktu lebih singkat dan tidak memerlukan dokter untuk memasukkan alat pemeriksa ke seluruh panjang usus besar Anda. Berbeda dengan kolonoskopi, kolonoskopi virtual tidak memerlukan pembiusan atau anestesi.

Namun, kolonoskopi virtual mungkin tidak seefektif kolonoskopi dalam menemukan polip tertentu. Selain itu, dokter tidak dapat mengangkat polip atau mengobati masalah lain tertentu selama kolonoskopi virtual, seperti yang dapat dilakukan selama kolonoskopi.

5. Double Contrast Barium Enema (DCBE)

Untuk pasien yang tidak dapat menjalani kolonoskopi, dapat dilakukan Double-Contrast Barium Enema (juga disebut DCBE atau barium enema). Dilansir dari situs Colorectal Cancer Alliance, prosedur ini menggunakan sinar-X untuk menemukan pertumbuhan abnormal di usus besar. Barium, senyawa logam putih perak, digunakan untuk menandai usus besar dan rektum pada sinar-X. Udara kemudian dilewatkan melalui tabung yang sama untuk meningkatkan gambar sinar-X.

Menurut sebuah studi yang dirilis oleh PubMed, double-contrast barium enema umumnya digunakan untuk mempelajari bagian lain dari usus besar ketika dilakukan kolonoskopi yang tidak menyeluruh. Double-contrast barium enema juga bermanfaat dalam mendeteksi kanker kolorektal di luar jangkauan yang dapat dicapai oleh kolonoskopi tersebut.

Dalam menjaga kesehatan kita, deteksi dini kanker usus merupakan langkah penting yang tidak boleh diabaikan. Dengan melakukan skrining secara teratur, kita dapat menemukan kanker usus sejak awal, saat masih dalam tahap yang lebih mudah diobati. Anda bisa dengan mudah mendapatkan layanan deteksi dini kanker usus melalui website One Onco.

One Onco menyediakan berbagai layanan yang dapat membantu kita dalam mendapatkan layanan skrining kanker usus dengan mudah dan nyaman. Selain itu, One Onco juga menawarkan layanan belanja sehat yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan pasien kanker. Salah satu contohnya adalah Nutrican, produk kesehatan yang dirancang khusus untuk pemenuhan nutrisi pasien kanker. Nutrican mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh selama proses pemulihan pasca kanker, membantu menjaga kekuatan dan kekebalan tubuh. One Onco juga menyediakan berbagai produk kesehatan kanker lainnya yang dapat membantu pasien dalam menghadapi tantangan selama perjalanan pengobatan.

Ingatlah, deteksi dini kanker adalah kunci untuk melawan kanker usus dengan lebih baik. Jadilah proaktif dalam menjaga kesehatan Anda dan jangan ragu untuk memanfaatkan layanan yang disediakan oleh One Onco. Bersama-sama, kita dapat mengatasi tantangan kanker usus dan hidup dengan penuh kesehatan dan semangat yang tinggi.

Referensi

Ciatto, S., & Castiglione, G. (2002). Role of double-contrast barium enema in colorectal cancer screening based on fecal occult blood. Tumori, 88(2), 95–98. https://doi.org/10.1177/030089160208800203 

https://www.cancer.gov/types/colorectal/screening-fact-sheet

https://www.cancer.net/cancer-types/colorectal-cancer/screening

https://www.cancer.org/cancer/types/colon-rectal-cancer/detection-diagnosis-staging/how-diagnosed.html

https://www.cdc.gov/cancer/colorectal/basic_info/screening/tests.htm

https://www.niddk.nih.gov/health-information/diagnostic-tests/virtual-colonoscopy

https://www.ccalliance.org/screening-prevention/screening-methods/double-contrast-barium-enema