Kanker prostat merupakan salah satu jenis kanker yang hanya dapat dijumpai pada populasi pria, dengan tingkat kejadian yang tinggi dibandingkan kasus kanker lainnya pada pria. Kanker prostat umumnya tidak bersifat agresif, dan mudah dideteksi melalui pemeriksaan. Kanker prostat merupakan penyebab paling sering dari gangguan berkemih pada pria lanjut usia.
DEFINISI
Prostat adalah organ yang berfungsi untuk memproduksi cairan yang akan bercampur dengan cairan vesika seminalis (terletak di belakang prostat), dan sperma untuk semen, yang berfungsi untuk pembuahan sel telur. Pertumbuhan abnormal sel/jaringan prostat disebut sebagai kanker prostat, dan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Tipe kanker prostat yang paling banyak dijumpai adalah adenocarcinoma, yang memiliki karakteristik laju pertumbuhan yang lambat.
EPIDEMIOLOGI
Data dari Globocan tahun 2020 menunjukkan bahwa insidensi kanker prostat di seluruh dunia merupakan kasus kanker terbanyak kedua, setelah kanker paru pada populasi pria. Prevalensi (jumlah seluruh kasus) kanker prostat tahun 2015-2020 di dunia merupakan jumlah kasus paling banyak. Kasus kanker prostat di Indonesia pun memiliki gambaran yang serupa, prevalensi kanker prostat tahun 2015-2020 menempati peringkat pertama sebagai kasus kanker paling banyak dijumpai, meskipun insidensi (kasus baru) di tahun 2020 menunjukkan bahwa kasus kanker prostat baru cukup rendah.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko adalah keadaan yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang menderita kanker. Setiap kanker memiliki faktor risiko yang berbeda, selain itu ada faktor risiko yang dapat diubah, dan ada yang tidak. Namun, memiliki faktor risiko tidak berarti bahwa seseorang pasti akan menderita kanker. Beberapa faktor risiko kanker prostat adalah :
1. Usia
Usia adalah faktor risiko utama yang berperan dalam perkembangan kanker prostat, kasus kanker umumnya ditemukan pertama kali di usia 65 tahun. Semakin muda usia penderita kanker tersebut, kanker yang diderita umumnya berada di stadium lanjut, dengan tipe kanker yang ganas.
2. Ras/etnis
Tidak ada hubungan jelas yang menyebabkan pria dari beberapa ras memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker prostat, namun kasus kanker lebih banyak ditemukan pada pria dengan keturunan Afrika, atau Afrika-Amerika. Pria dengan ras Afrika-Amerika memiliki risiko meninggal akibat kanker prostat 2 kali lebih besar.
3. Riwayat Keluarga
Kanker prostat dapat terjadi pada pria tanpa riwayat keluarga yang menderita keluhan serupa, namun adanya anggota keluarga penderita kanker prostat meningkatkan risiko terjadinya kanker.
4. Perubahan Genetika
Mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, dan pria dengan sindrom Lynch (dikenal dengan Hereditary Non-Polyposis Colorectal Cancer atau HNPCC) meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat, meskipun kasus kanker yang disebabkan oleh mutase gen tersebut jarang dijumpai. Selain itu, terdapat beberapa mutasi gen lain yang dapat memengaruhi kejadian kanker prostat, seperti :
– CHEK2, ATM, PALB2, RAD15D = enzim untuk perbaikan DNA
– DNA mismatch repair genes (MSH2, MSH6, MLH1, dan PMS2) = enzim untuk memperbaiki rantai DNA
– RNASEL = gen penekan pertumbuhan tumor
– HOXB13 = gen untuk perkembangan sel prostat
Selain hal-hal tersebut, terdapat beberapa faktor risiko juga diduga memengaruhi terjadinya kanker prostat, meskipun belum ada bukti yang pasti. Faktor risiko yang dimaksud adalah :
1. Pola makan – Konsumsi produk susu atau Kalsium yang berlebihan meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat.
2. Obesitas
3. Rokok
4. Paparan bahan kimia
5. Peradangan prostat
6. Infeksi menular seksual – Bakteri yang menyebabkan IMS, dapat menyebar ke prostat dan memicu terjadinya peradangan. Peradangan prostat diduga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker
7. Vasektomi
GEJALA
Kanker prostat umumnya ditemukan pada stadium awal, tidak ada gejala yang timbul dari adanya kanker tersebut. Gejala mulai timbul pada kanker yang lebih berat, seperti :
1. Sulit berkemih, dengan aliran yang lemah atau pelan terutama pada malam hari. Keluhan kadang disertai dengan rasa tidak tuntas dalam berkemih.
2. Frekuensi berkemih lebih sering pada malam hari
3. Rasa terbakar atau nyeri saat berkemih
4. Darah pada urin atau semen
5. Sulit mencapai ereksi
6. Nyeri panggul, punggung (tulang belakang), dada, atau area tubuh lain akibat penyebaran sel kanker
7. Kelemahan atau rasa kebas di tungkai atau kaki, atau hilangnya kendali kantung kemih atau usus, akibat kanker yang menekan saraf tulang belakang
8. Nyeri saat ejakulasi
Gejala-gejala tersebut dapat timbul pada kasus lain, seperti kesulitan berkemih yang dapat ditemukan pada kasus Benign Prostate Hyperplasia (BPH), ditandai dengan pertumbuhan prostat namun bersifat jinak. Apabila gejala-gejala tersebut timbul, disertai dengan adanya beberapa faktor risiko kanker prostat, sebaiknya gejala tersebut dikonsultasikan ke dokter.
DIAGNOSIS
Kanker prostat didiagnosis melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Wawancara medis dilakukan untuk mengetahui gejala yang dialami dan faktor risiko yang dapat meningkatkan kecurigaan adanya kanker. Wawancara dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik lengkap (seluruh tubuh) dan pemeriksaan colok dubur (memasukkan jari melalui anus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat pasien). Pemeriksaan akan dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah (kadar PSA), biopsi jaringan prostat, tes genetika, dan pencitraan. Tidak semua pemeriksaan tersebut akan dilakukan, karena setiap pemeriksaan memiliki tujuan yang berbeda, dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
TERAPI
Pilihan terapi untuk penanganan kanker prostat sangat bervariasi, dan tiap penyintas kanker akan menjalani regimen pengobatan yang berbeda. Pilihan tindakan yang dapat dilakukan adalah :
1. Observasi
Observasi dilakukan mengingat laju pertumbuhan kanker prostat pada umumnya lambat, namun perlu disesuaikan dengan gejala yang dialami, ukuran kanker, penyebaran kanker, kadar PSA, hasil Gleason Score.
2. Operasi
Operasi adalah tindakan yang umum dilakukan apabila kanker prostat belum menyebar ke organ tubuh lain. Tindakan pembedahan yang menjadi pilihan utama adalah radical prostatectomy, dengan mengangkat seluruh kelenjar prostat dan beberapa jaringan di sekitarnya.
3. Terapi Radiasi
Sinar atau partikel dengan tingkat energi tinggi dapat dimanfaatkan untuk pengobatan kanker. Terapi radiasi dapat dilakukan untuk kejadian kanker pertama (tergantung stadium atau terapi tambahannya), kanker berulang, atau stadium lanjut, dengan tujuan pengobatan yang berbeda.
4. Cryotherapy
Tindakan ini dilakukan menggunakan jarum halus yang akan menyalurkan gas dengan suhu sangat rendah untuk membekukan dan membunuh sel kanker dan sebagian besar sel prostat lainnya. Cryotherapy umumnya digunakan pada kanker yang muncul kembali setelah penderita melalui terapi radiasi.
5. Terapi Hormon
Terapi ini seringkali dikenal dengan Androgen suppression therapy, dengan tujuan untuk mengurangi hormon Androgen dalam tubuh, karena hormone tersebut membantu pertumbuhan sel kanker. Terapi hormon jarang dipilih sebagai pengobatan tunggal, dan diperlukan kombinasi dengan terapi lain.
6. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan pada kasus kanker prostat yang telah menyebar keluar kelenjar prostat dan tidak memberikan respon terhadap terapi hormon. Kemoterapi dapat diberikan melalui injeksi dan diberikan secara perlahan, atau melalui pil yang dikonsumsi dari mulut.
7. Terapi Imun
Terapi imun bekerja dengan menstimulasi sistem imun tubuh penderitanya untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker lebih efektif. Sipuleucel-T adalah vaksin kanker yang bekerja dengan konsep tersebut, dan vaksin ini dibuat spesifik untuk setiap penderita kanker. Selain vaksin, terdapat obat yang bekerja sebagai checkpoint inhibitor, berfungsi untuk mencegah sel kanker menggunakan checkpoints agar dapat menghindari serangan sistem imun. Terapi imun umumnya dipilih bagi penderita kanker yang terdeteksi mengalami perubahaan genetik.
8. Terapi Target
Terapi ini bekerja dengan mengidentifikasi dan menyerang sel kanker tanpa menyerang sel sehat (berlawanan dengan kemoterapi). Terapi target yang digunakan untuk kanker prostat adalah PARP inhibitor, karena enzim PARP bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan DNA di dalam sel. Hambatan pada jalur PARP akan menyebabkan perbaikan DNA dalam sel tumor terganggu.
DETEKSI DINI
Deteksi dini kanker prostat umumnya dilakukan melalui 2 pemeriksaan, yaitu dengan memeriksa kadar Prostate-specific Antigen (PSA) di dalam darah, atau dengan pemeriksaan dubur, untuk mengetahui kondisi prostat. Apabila kadar PSA dan hasil pemeriksaan dubur menunjukkan hasil abnormal, dapat dilakukan biopsi jaringan prostat atau pencitraan dengan MRI. Namun, kedua pemeriksaan deteksi dini di atas tidak 100% akurat, dan belum ada penelitian yang membuktikan manfaat dari deteksi dini terhadap penurunan risiko kematian, sehingga hasil pemeriksaan dan tindak lanjutnya wajib dibicarakan dengan dokter.
Beberapa temuan dari biopsi jaringan prostat dapat menunjukkan kondisi pre-kanker, seperti :
1. Prostatic Intraepithelial Neoplasia (PIN)
Mikroskop akan menunjukkan perubahan bentuk sel prostat, tanpa adanya gambaran pertumbuhan sel ke bagian prostat lainnya. Temuan PIN dapat diklasifikasikan menjadi Low-grade PIN (pola sel prostat menyerupai normal), atau High-Grade PIN (pola sel abnormal). Risiko kanker prostat lebih tinggi apabila ditemukan High-grade PIN pada hasil pemeriksaan.
2. Proliferative Inflammatory Atrophy (PIA)
Sel prostat akan tampak lebih kecil daripada normal, disertai adanya tanda peradangan di area sekitarnya. Temuan ini tidak mengartikan bahwa pasien mengalami kanker, namun PIA dapat menyebabkan prostat menjadi High-grade PIN atau kanker.
Deteksi dini kanker prostat disarankan untuk dimulai dari usia 40-50 tahun dengan memantau tingkat risiko individu tersebut. Kemudian, hasil PSA dan pemeriksaan colok dubur akan menjadi dasar tindak lanjut berikutnya, baik akan dilakukan pemantauan berkala, atau tindakan pengobatan.
Sumber :
1. American Cancer Society. What is prostate cancer? [Internet]. [cited 2022 Jan 22]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/about/what-is-prostate-cancer.html
2. American Cancer Society. Prostate cancer risk factors [Internet]. [cited 2022 Jan 22]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/causes-risks-prevention/risk-factors.html
3. Centers for Disease Control and Prevention. Who is at risk for prostate cancer? [Internet]. CDC. 2021 [cited 2022 Jan 23]. Available from: https://www.cdc.gov/cancer/prostate/basic_info/risk_factors.htm
4. Wang G, Zhao D, Spring DJ, DePinho RA. Genetics and biology of prostate cancer. Genes Dev. 2018 Sep 1;32(17–18):1105–40.
5. American Cancer Society. Prostate cancer signs and symptoms [Internet]. [cited 2022 Jan 22]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/detection-diagnosis-staging/signs-symptoms.html
6. Centers for Disease Control and Prevention. What are the symptoms of prostate cancer? [Internet]. CDC. 2020 [cited 2022 Jan 23]. Available from: https://www.cdc.gov/cancer/prostate/basic_info/symptoms.htm
7. American Cancer Society. Tests for prostate cancer | prostate cancer diagnosis [Internet]. [cited 2022 Jan 22]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/detection-diagnosis-staging/how-diagnosed.html
8. American Cancer Society. Prostate cancer treatment [Internet]. [cited 2022 Jan 22]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/treating.html
9. American Cancer Society. Prostate cancer screening tests [Internet]. [cited 2022 Jan 21]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/detection-diagnosis-staging/tests.html
10. American Cancer Society. American cancer society recommendations for prostate cancer early detection [Internet]. [cited 2022 Jan 22]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer/detection-diagnosis-staging/acs-recommendations.html