Mungkin sebagian dari kamu masih awam dengan HPV DNA dan Pap Smear, di mana keduanya adalah tindakan pencegahan untuk kanker serviks. Keduanya sangatlah penting untuk kamu ketahui, terutama untuk wanita yang memang memiliki risiko terhadap kanker yang satu ini. Lalu sebenarnya apa itu HPV DNA dan perbedaannya dengan Pap Smear? Yuk, simak perbedaannya di bawah ini.
Apa itu HPV DNA
Tes HPV DNA adalah prosedur yang diperlukan jika ingin memeriksa lebih jauh akan infeksi HPV untuk wanita yang memiliki risiko tinggi. HPV adalah singkatan dari Human Papilloma Virus yang bisa memicu kanker pada serviks atau anus. Pemeriksaan HPV DNA ini akan diawali dengan mengambil sel dari serviks. Nantinya sel ini akan diperiksa apakah ada materi genetik atau DNA HPV.
Tapi, perlu kamu ketahui bahwa pemeriksaan HPV DNA ini sendiri dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi HPV yang memiliki risiko tinggi. Jadi, tidak bisa digunakan untuk pemeriksaan gangguan kesehatan untuk tipe HPV dengan risiko rendah, contohnya adalah kutil kelamin.
Pada dasarnya pemeriksaan HPV DNA ini sendiri dilakukan dengan tujuan yang tidak berbeda dari Pap Smear di mana untuk mendeteksi apakah terdapat perubahan sel pada serviks karena infeksi HPV yang memicu terjadinya kanker sedini mungkin. Maka daripada itu biasanya, HPV DNA ini akan dikombinasikan dengan tes Pap smear.
Hasil tes dari HPV dibagi menjadi dua, yaitu normal dan tidak normal. Untuk hasil HPV DNA yang normal memiliki dua arti, yaitu kamu sama sekali tidak memiliki HPV atau positif rendah HPV yang tidak punya risiko tinggi terhadap kanker, sedangkan yang tidak normal, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Siapa yang Harus Menjalani Tes HPV DNA
Lalu, siapa saja yang harus menjalani tes HPV DNA? Ada beberapa indikasi yang mengharuskan seseorang untuk menjalani tes HPV DNA, yaitu sebagai berikut:
- Penderita penyakit HIV/AIDS
- Wanita yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah.
- Sebelumnya pernah terpapar oleh DES atau diethylstilbestrol (salah satu terapi hormon)
- Memiliki hasil tes risiko tinggi dari Pap Smear
Sebenarnya tidak hanya wanita yang punya risiko tinggi saja yang harus menjalani tes HPV DNA ini. Mengingat bahwa kanker serviks tidak memiliki gejala pada tahapan awal, tes ini sendiri pun ditujukan agar bisa mendeteksi secara dini sel kanker di serviks. Jadi, memang penting sekali untuk menjalankan tes ini.
Tidak hanya itu saja, sangat disarankan untuk wanita dengan usia mulai dari 30 tahun dan telah aktif secara seksual untuk menjalankan tes HPV DNA. Karena infeksi HPV bisa dideteksi dengan Pap Smear dan jika memang ditemukan indikasi adanya tipe risiko tinggi, maka akan dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
Sebelum dilakukan pemeriksaan tes HPV DNA, biasanya dokter akan melarang beberapa hal selama 2 hari, yaitu seperti:
- Tidak berhubungan seksual
- Tidak melakukan douching atau pembersihan vagina dengan menggunakan produk apapun.
- Jangan menggunakan sabun kewanitaan atau obat-obatan seperti krim khusus vagina.
- Tidak memasukkan apapun ke dalam vagina, termasuk tampon.
- Disarankan untuk tidak melakukan tes saat haid agar hasil pemeriksaan bisa akurat.
Mengenal Pap Smear
Setelah mengetahui akan tes HPV DNA, maka selanjutnya kamu harus tahu apa itu Pap Smear agar tahu perbedaan keduanya. Untuk Pap Smear sendiri adalah pemeriksaan dengan mengambil sampel dari bagian leher rahim atau serviks di mana sampel ini nantinya akan diteliti atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop.
Pemeriksaan Pap Smear ini sendiri ditujukan agar nanti bisa diketahui apakah ada sel yang tidak normal atau mengindikasi ke arah sel kanker. Pap Smear disarankan dilakukan saat mulai usia 30 tahun dan aktif secara seksual. Dari hasil Pap Smear ini nantinya menentukan apakah akan dilakukan tindakan yang selanjutnya atau tidak.
Beda dari Tes HPV DNA dan Pap Smear
Dari penjelasan di atas, maka bisa dilihat bahwa kedua prosedur ini ditujukan untuk mendeteksi adanya sel kanker atau tidak. Namun, untuk Pap Smear hanya memberikan gambaran terhadap perubahan sel dalam leher rahim. Jika ditemukan ada perubahan sel, maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Sedangkan untuk tes HPV DNA ini akan memeriksa lebih dalam, yaitu memeriksa apakah ada materi genetik virus yang ada pada sel leher rahim meski belum ada perubahan yang terlihat dari sel-sel di dalam serviks.
WHO pada tahun 2013 telah memperbaharui pendeteksian dini kanker serviks dengan menggunakan tes HPV DNA karena dianggap memiliki akurasi yang lebih tinggi. Disarankan untuk melakukan tes ini pada umur 30 tahun, setidaknya 5 tahun sekali.
Itulah perbedaan antara HPV DNA dan perbedaannya dengan Pap Smear di mana Pap Smear hanyalah memberikan gambaran perubahan sel serviks, sedangkan HPV DNA akan mencari tahu akan materi genetik dalam sel leher rahim. Jika kamu ingin melakukan HPV DNA dan Pap Smear untuk deteksi dini kanker serviks, maka kamu bisa mengunjungi ONE Onco atau mengunjungi https://oneonco.co.id/deteksi-kanker/serviks.
Sumber:
HPV infection – Symptoms and causes – Mayo Clinic
Human Papilloma Virus (HPV) Circulating Tumor DNA (ctDNA) in Cervical Cancer – Mayo Clinic
HPV and Pap Test Results: Next Steps after an Abnormal Cervical Cancer Screening Test – NCI
WHO recommends DNA testing as a first-choice screening method for cervical cancer prevention
HPV blood test vs. Pap smear: Which is better? (medicalnewstoday.com)