Mari kita bahas dahulu mengenai organ prostat. Prostat merupakan kelenjar berbentuk seperti kacang kenari (walnut) yang terletak di bawah kandung kemih dan di depan rektum (bagian akhir dari usus besar). Organ ini mengelilingi uretra yaitu saluran seperti selang yang membawa urin dan semen untuk keluar melalui penis. Fungsi prostat adalah untuk 1) menghasilkan cairan yang memberikan nutrisi pada spermatozoa, 2) menghasilkan prostate specific antigen (PSA), protein yang membantu mempertahankan semen dalam bentuk cair agar spermatozoa dapat bergerak bebas. Pada keadaan normal, PSA ditemukan di darah dalam jumlah kecil tetapi kadarnya dapat meningkat pada keadaan tertentu seperti kanker prostat, pembesaran prostat jinak, prostatitis (inflamasi atau infeksi prostat), infeksi saluran kemih, dan ejakulasi (kenaikan sesaat), 3) membantu dalam kontrol urin. Ukuran prostat dapat berubah dengan bertambahnya usia.
Kanker prostat merupakan kanker yang sering dan hanya dijumpai pada pria. Sebagian besar kanker prostat tumbuh secara lambat dan tidak menimbulkan gejala dalam hitungan tahun. Jika kanker prostat telah menyebar ke organ tubuh lain, penyakit ini sering kali dapat diatasi dengan pengobatan untuk waktu yang lama. Oleh karena itu, pasien kanker prostat stadium lanjut memiliki kualitas hidup yang baik dalam hitungan tahun. Hampir semua kanker prostat yang dijumpai adalah jenis adenokarsinoma (berasal dari sel kelenjar).
Di Amerika, kanker prostat termasuk kanker yang sering dijumpai pada pria, pada tahun 2021 diperkirakan terdapat sekitar 248.530 kasus baru dan 34.130 kematian karena kanker prostat. Sekitar 1 dari 8 pria akan didiagnosis kanker prostat selama hidupnya. Sedangkan di Indonesia, menurut Globocan tahun 2020, diperkirakan terdapat 13.563 kasus baru dan 4.863 kematian karena kanker prostat. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada usia lanjut, sekitar 6 dari 10 kasus adalah berusia 65 tahun ke atas dan sangat jarang pada usia di bawah 40 tahun.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat
- Usia: risiko meningkat dengan bertambahnya usia, terutama setelah usia 50 tahun.
- Ras: pria kulit hitam di Amerika dan keturunan Afrika lebih berisiko mengalami kanker prostat dan meninggal karena penyakit tersebut.
- Lokasi: kanker prostat paling sering dijumpai di Amerika Utara dan Eropa Utara. Selain itu, kejadiannya meningkat di antara orang Asia yang tinggal di perkotaan seperti Hongkong, Singapura, terutama mereka dengan kurangnya aktivitas fisik dan diet sehat.
- Riwayat dalam keluarga: memiliki ayah atau saudara laki-laki dengan kanker prostat berisiko 2 kali lipat.
- Perubahan gen: mutasi (perubahan materi genetik) BRCA1/2 yang diturunkan meningkatkan risiko kanker prostat. Pria dengan sindrom Lynch (kondisi karena perubahan gen yang diturunkan) meningkatkan risiko terjadinya berbagai kanker termasuk kanker prostat.
Tanda dan gejala kanker prostat yang dijumpai adalah gangguan berkemih termasuk pancaran urin yang lambat atau lemah atau sering berkemih terutama pada malam hari; adanya darah dalam urin atau semen; kesulitan untuk ereksi; nyeri/rasa terbakar saat berkemih (jarang); tidak nyaman/nyeri saat duduk karena pembesaran prostat; nyeri pada pinggul, tulang belakang, tulang rusuk, atau area lainnya karena kanker telah menyebar ke tulang; mati rasa pada tungkai atau kaki dan hilangnya kontrol untuk berkemih atau buang air besar karena kanker menekan sumsum tulang belakang; penurunan berat badan.
Jika mencurigai adanya gejala kanker prostat dari hasil diskusi dengan pasien, dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat penyakit yang pernah dialami, colok dubur (memeriksa prostat dengan memasukkan jari bersarung tangan dan diberikan pelumas melalui anus), darah untuk mengetahui kadar PSA, penanda tumor (substansi yang dikeluarkan tumor atau tubuh sebagai respons terhadap kanker). Sehubungan dengan kadar PSA, sebagian besar pria tanpa kanker prostat memiliki kadar PSA < 4 ng/mL, pria dengan kadar PSA antara 4-10 ng/mL memiliki kemungkinan kanker prostat sebesar sekitar 25%, sedangkan kadar PSA > 10 ng/mL memiliki kemungkinan kanker prostat > 50%. Hasil dari pemeriksaan PSA, colok dubur, atau pemeriksaan lain yang mengindikasikan kemungkinan kanker prostat akan dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan ultrasound transrektal untuk mengambil sampel jaringan prostat dari beberapa area prostat (umumnya diambil 12-14 potong kecil jaringan). Prosedur ini membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit dan umumnya tidak sampai dirawat inap. Komplikasi yang dapat dijumpai setelah prosedur ini adalah risiko infeksi. Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah pemeriksaan radiologi seperti CT scan, MRI, PET scan, dan lainnya.
Setelah diagnosis ditegakkan, dokter akan memberikan pengobatan tergantung jenis dan stadium kanker, efek samping yang mungkin, dan kondisi serta preferensi pasien. Beberapa pengobatan yang diberikan adalah:
-Active surveillance dan watchful waiting jika stadium dini dan pertumbuhannya lambat. Dalam hal ini, pasien akan dilakukan pemantauan berkala sampai gejalanya memburuk dan dilakukan pengobatan.
-Terapi lokal: pembedahan dan terapi radiasi. Terapi radiasi menimbulkan efek samping sering berkemih, gangguan seksual, diare, perdarahan dari rektum, dan lelah. Konsultasikan dengan dokter jika mengalami efek tersebut.
-Terapi sistemik: terapi hormon, terapi target (terapi dengan target gen atau protein yang berperan dalam survival sel kanker), kemoterapi, imunoterapi (menggunakan sistem imun tubuh untuk menghancurkan kanker), substansi radioaktif.
Sampai saat ini belum terdapat cara untuk mencegah kanker prostat, tetapi skrining dapat dilakukan untuk menemukan adanya kanker, terutama bagi pria berusia 50 tahun, 45 tahun dengan ras Afrika Amerika dan memiliki ayah atau saudara laki-laki dengan kanker prostat pada usia < 65 tahun, dan usia 40 tahun tapi memiliki > 1 anggota keluarga dengan kanker prostat di usia lebih muda. Yang umumnya dilakukan adalah pemeriksaan kadar PSA dan colok dubur. Sebelum memutuskan untuk skrining, selalu diskusikan dengan dokter. Jika mendapati salah satu dari pemeriksaan tersebut abnormal, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan lainnya. Jika kadar PSA ditemukan dalam rentang normal, pemeriksaan dapat dilakukan lagi 1-2 tahun setelahnya.
Jika mendapati adanya perubahan atau gejala kanker prostat, segera konsultasikan dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih menyeluruh dan diberikan pengobatan yang sesuai.
Referensi
1.Prostate cancer. American Cancer Society [Internet]. 2021 [cited 2021 Sept 3]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer.html
2.Prostate cancer: Introduction. Cancer.Net [Internet]. 2020 [cited 2021 Sept 3]. Available from: https://www.cancer.net/cancer-types/prostate-cancer/introduction
3.Indonesia. Globocan 2020 [Internet]. 2021 [cited 2021 Sept 3]. Available from: https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf
4.What to know about prostate cancer. Medical News Today [Internet]. 2019 Aug 22 [cited 2021 Sept 3]. Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/150086
5.Prostate cancer. Mayo Clinic [Internet]. 2021 June 4 [cited 2021 Sept 3]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/prostate-cancer/symptoms-causes/syc-20353087