“Semangat, berdoa, berpikiran positif dan selalu berprasangka baik sama Tuhan. Kami yakin kalau semua ini indah pada waktunya”

09-Apr-2021

Tenang Adikku, Kita Bisa Melewati Semuanya Bersama

Oleh : Yuna, Caregiver Pasien Kanker Ovarium 

Assalamualaikum.

Hallo semuanya! 

Perkenalkan saya Yuna, biasa teman-teman panggilnya Una. Una adalah saudara kembarnya Uni, kami saling sayang, mencoba saling mengerti karakter masing-masing. Kami memang kembar, tapi memiliki karakter yang jauh berbeda. 

Uni itu separuh jiwanya Una, kalau Uni tidak ada di dunia ini sekarang, Una tidak tahu akan seperti apa, mungkin Una tidak akan pernah belajar jadi manusia yang  tidak panikan, sabar dan kuat. Sekuat Uni dan sesabar Uni. 

Una sangat sayang Uni, dia itu the best partner in my life. Tapi bohong banget kalau bilang kami tidak pernah bertengkar. Una dan Uni memang tidak pernah bertengkar lama dan hebat.

Kami pernah bertengkar, kami pernah berada di fase tidak baik-baik saja sebagai saudara kembar, dan hanya sebatas itu saja. Tapi kami tidak pernah saling diam dalam waktu lama, tidak pernah benci apalagi sampai dendam.

Kami mencoba saling memahami karakter masing-masing, kami saling paham bahwa kami manusia biasa, bisa marah, kesal, emosi, dan sebagainya.

Una dan Uni adalah saudara kembar, meskipun kembar kami memiliki karakter yang berbeda. Uni sifatnya ceria, cerewet, sinis kalau ngeliat orang, super pemberani, sedangkan Una sebaliknya, Una itu lebih kalem, penakut, panikan, dan tidak suka keramaian.

Kalau bisa Una ceritakan, selama 2 tahun terakhir ini bagaimana, duh berat sekali rasanya, apalagi di tahun pertama Uni sakit, dimana semua serba terkejut, tidak menyangka, sedih, depresi bahkan stres. Bukan lebay atau berlebihan, tapi memang tahun pertama Uni sakit itu adalah tahun yang menyedihkan untuk Una, Uni serta Mama. 

Waktu itu pertengahan April 2019 adalah saat Uni ngerasa badannya tidak enak, waktu menstruasi nyerinya luar biasa, bahkan Uni bisa sampai muntah-muntah, benar-benar kesakitan dan tidak bisa melakukan apapun. Awalnya belum curiga apapun, karna memang Uni dan Una termasuk yang saat menstruasi itu merasakan nyeri dan rasa tidak nyaman. Tapi nyeri dan rasa tidak nyaman yang dialami Una masih dalam batas wajar waktu itu, nah Uni yang beda banget. 

Tidak tahu kapan awal mulanya muncul tanda dan gejala, namun waktu itu sekitar awal Mei 2019. Saat itu Uni mulai merasakan gejala, perutnya sakit, sedikit membesar, dan Uni sulit sekali BAB waktu itu. Waktu itu kami berpikir hanya sembelit atau susah buang air besar biasa saja. Kemudian kami kasih Uni banyak makan buah, ternyata itu tidak berpengaruh banyak. Sampai pada akhirnya Uni merasa perutnya benar-benar sakit dan nyeri luar biasa. Kami belum curiga apapun, masih mengira itu hanya nyeri biasa karena waktu itu Uni sempat kerja di toko dan pekerjaannya mengangkat barang berat. 

Akhirnya kami coba bawa Uni ke tukang urut. Waktu Mama membawa Uni ke Mbok urut, Mbok Urutnya tidak mengurut perut Uni, beliau hanya pegang aja, dan bilang “Ini bukan turun perut, tapi ini penyakit, coba di cek ke dokter takutnya bahaya” 

Mendengar yang disampaikan Mbok Urut, Uni langsung memberi kabar ke Una, Uni nangis sejadinya, Uni bilang dia takut, dia tidak berani berobat. Tapi Una terus bujuk, dan bilang gapapa, daripada kelamaan nanti jadi semakin berbahaya.   Akhirnya Uni memberanikan diri periksa ke dokter umum. Diagnosa pertama yang dokter sampaikan adalah Uni terkena infeksi saluran kemih (ISK). Uni yang mendengar diagnosa dokter langsung menangis dan panik. Una mencoba menenangkan dan bilang bahwa Insyaallah ini cuma penyakit biasa, minum obat bisa sembuh, kita sama sama berdoa ya. Hanya itu yang bisa Una lakukan, karna saat itu Una juga panik dan bingung harus apa. 

Setelah berobat, tidak ada perbaikan kondisi apapun, perut Uni malah semakin besar dan Uni merasakan sakit terus menerus. Setelah kami berobat di dokter umum, kami langsung inisiatif urus BPJS, karna takut jika ada hal-hal yang tidak diinginkan. Sekaligus persiapan juga karna Una dan Uni bukan orang mampu. 

Gaji Una dan Uni kerja juga tidak besar, Una Uni hanya punya Ijazah SMP. Karna papa meninggal ketika kami kelas 3 SD, sehingga hanya mama yang berjuang membiayai sekolah Una dan Uni. Saat itu keadaan tidak memungkinkan untuk lanjut sekolah, akhirnya Una dan Uni memutuskan untuk mengalah, kami kerja dari mulai tamat sekolah untuk membantu mama. Selain itu, kami tidak punya rumah, kami ngontrak, berat sekali jika harus ditambah dengan mama membiayai sekolah kami. 

Banyak sekali yang menyayangkan Una dan Uni yang berhenti sekolah, karna Una dan Uni ini termasuk juara kelas, Una dan Uni tidak pernah keluar dari Peringkat 3 besar. Tapi apa boleh buat, keadaan tidak berpihak dengan Una dan Uni waktu itu. 

Setelah didiagnosa dokter bahwa Uni terkena infeksi saluran kemih (ISK), Uni berhenti bekerja karna keadaannya sudah semakin sulit untuk bekerja. Alhamdulillah Uni punya bos yang luar biasa peduli dan perhatian, bos Uni ditempat kerja penasaran tentang kondisi dan penyakit yang dialami Uni, hingga akhirnya bos Uni membawanya ke dokter spesialis kandungan untuk mengetahui apa yang sebenernya Uni alami ini. Saat itu seluruh biaya ditanggung oleh pemilik toko tempat Uni bekerja. Saat di rumah sakit dilakukan USG pada Uni, saat itu dokter yang memeriksan Uni mendiagnosa bahwa Uni terkena kista dara di ovarium. Dokter mengatakan bahwa kista ini berbahaya kalau sampai pecah di dalam, sehingga Uni harus segera di operasi. 

Mendengar diagnosa itu, Uni menangis sejadinya, Uni tidak bisa bicara apa-apa, bos dan teman kerja Uni juga menangis, semua memeluk Uni, dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Tidak sampai disitu, karna mendengar bahwa Uni harus operasi,  yang kami pikirkan adalah darimana kami peroleh biayanya, sementara BPJS baru diurus, apakah bisa langsung dipakai? Pikir kami waktu itu. Ditambah lagi saat itu BPJS belum selesai diurus tapi Uni harus segera operasi.

Saat itu 3 hari sebelum BPJS selesai diiurus, Uni dan Una sudah mencoba datang ke rumah sakit terdekat dari rumah, yaitu RS Mitra Medika Bandar Klippah, mencoba menanyakan apakah bisa jika dilakukan operasi dulu, sembari menunggu BPJS yang beberapa hari lagi selesai, ternyata pihak administrasi bilang tidak bisa, harus selesai dulu pengurusan BPJS dan ada kartu baru bisa digunakan. Padahal kami sudah menunjukkan bahwa keadaan Uni ini bahaya dan harus segera dioperasi. Kami juga menunjukkan bukti bahwa BPJS sedang dalam proses pembuatan, namun tetap saja ditolak. 

Minggu, 19 Mei 2019 tepat sehari sebelum BPJS Uni selesai, ternyata Uni sudah tidak kuat, akhirnya Uni kami bawa ke RS Mitra Medika melalui IGD. Pada saat di IGD dokter yang jaga kebetulan ada dokter Obgyn (kandungan). Dokter yang jaga saat itu adalah dokter Julita Adriani, saat itu dokter marah dan mengira Uni yang lambat untuk datang ke rumah sakit karena kistanya sudah keburu pecah dan membahayakan nyawa Uni. Padahal Uni sudah datang, tapi kami ditolak Rumah Sakit karena BPJS yang belum selesai diurus.

Operasi berjalan selama 4 jam lebih, Uni keluar dari ICU kemudian masuk ruang rawat inap. Kami pikir sudah selesai sampai disini, tapi ternyata Tuhan mau kami  terus berjalan lagi untuk melewati rintangan yang ada di depan. 

Setelah operasi di RS Mitra Medika Bandar Klippah, dokter melakukan cek lab, karna kista yang sudah pecah membuat dokter khawatir bahwa akan ada penyebaran ke tempat lain. 

Benar saja saat hasil lab keluar, dokter menyatakan bahwa Uni juga didiagnosa kanker ovarium ganas sehingga harus dirujuk ke rumah sakit besar di Medan supaya bisa di cek lebih detail, sudah stadium berapa dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Akhirnya kami dirujuk ke RS Murni Teguh Medan dan dokter menyarankan Uni untuk melakukan operasi lagi dan melakukan pengangkatan rahim. 

Mendengar perkataan dokter seperti itu, bak disambar petir di siang bolong bagi Uni,  saat usianya masih 19 tahun, belum menikah, saat teman seusianya masih asik dengan dunianya, tapi Uni mengalami ini, Uni merasa hidupnya akan berakhir waktu itu. Rahim harus diangkat dan Uni belum siap. Uni depresi, Uni menangis sejadi-jadinya dan merasa tidak terima. Una yang melihat juga tidak bisa menahan air mata. Una hanya bisa bilang “Dek, kuat, semangat! Tuhan kasih cobaan ini karna Tuhan tau kita mampu kita kuat!” 

Dulu pada saat tahun pertama Uni sakit, tahun dimana benar-benar Tuhan membentuk karakter kami. Tuhan bentuk kami secara mental, psikis, dan kepribadian, seakan akan Tuhan mau kami sekuat baja. Saat menerima semua hal ini, kami merasa dunia sangat kejam, Tuhan kejam, Tuhan tidak sayang kami, Tuhan tidak adil dan selalu itu terus yang berkecamuk di dalam hati dan pikiran kami. 

Waktu itu, ketika Una harus menerima kenyataan bahwa orang yang paling Una sayang, yang paling berarti bagi Una, harus mengalami hal yang sangat tidak menyenangkan, rasanya sulit sekali, marah, tidak terima, merasa semuanya tidak adil, ada yang lebih jahat dari kami, tapi kenapa harus Uni yang dikasih ujian seperti ini?

Sering sekali bahkan pertanyaan jahat muncul dalam benak, “Tuhan kenapa harus kami? Tuhan itu sudah ambil papa dari kami saat kami masih butuh papa, saat kami masih kecil sekali, saat kami masih butuh sosok papa dalam hidup kami, apalagi kami anak perempuan, kenapa begitu tega memberikan penderitaan seperti ini”.

Waktu itu kami benar-benar tidak terima, semua terasa sulit, semua meninggalkan kami, hanya ada Mama. Kalau ditanya bagaimana keadaan Uni pada saat itu ? huhh! Tidak perlu ditanya, berat banget buat Uni, nangis terus, setiap hari ngomong “aku masih 19 tahun belom nikah, masih banyak yang lebih jahat dari aku, tapi kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang diangkat rahim? Kenapa harus aku yang ngerasain kanker?” 

Begitu tidak terima nya Uni waktu itu, emosi belum stabil dan kami hanya didampingi mama, dan keluarga mama, itupun jauh, tidak ada yang di Medan. Tapi keluarga yang tinggal di Medan, seakan-akan menghilang, termasuk keluarga papa.  Una juga hanya bisa memberi semangat, dan selalu bilang “believe me! Tuhan sayang kita, Tuhan sayang Una dan Uni, Tuhan mau kita naik kelas, kita lewatin semua sama-sama!” .

Sampai pada akhirnya Una dan Uni menyadari, kenapa dulu seperti itu ya? Kenapa sampai semarah itu? Padahal maksud dari semua ini baik, Tuhan itu baik sekali. Tuhan mau bilang kalau Tuhan sayang kami, Tuhan cinta kami, Tuhan mau kami jadi manusia lebih baik lagi. Level tertinggi! 

Bahwa semua yang Tuhan berikan ini karna Tuhan mau kami jadi manusia kuat, Tuhan mau kami jadi manusia yang tingkat sabarnya di level tertinggi. Tuhan juga mau kasih tunjuk, mana yang selama ini benar peduli, Tuhan mau kasih tunjuk “who’s just wants to be by your side when we are in good times“. Orang mana yang meninggalkan saat kami terpuruk, mana yang tetap tinggal dan menyemangati. Semua seakan-akan Tuhan kasih tunjuk hikmahnya. 

Semakin berjalannya waktu, semua terasa semakin biasa saja sekarang, dulu tidak bisa ke rumah sakit namun sekarang rumah sakit sudah seperti Mall untuk Una dan Uni karna sering banget ke rumah sakit haha. Dulu tidak terbiasa dengan pengobatan di rumah sakit, eh tidak menyangka ternyata sekarang sudah melewati 13x kemoterapi. Dulu tidak terbiasa dengan infus, jarum suntik, kurang tidur, rasa sakit, ehh sekarang Uni udah terbiasa dengan itu semua, walaupun sulit dan tidak mudah tapi Uni dan Una mencoba kuat. 

Una tidak akan kuat kalau Uni tidak kuat, Uni hebat, Uni SEMANGAT sekali untuk sembuh, masih banyak harapan baik yang kami gantungkan pada Tuhan.

Kami percaya semua ini akan terlewati, entah sampai kapan, mungkin masih sangat panjang dan sulit perjalanan ke depan nanti, tapi yang pasti, Tuhan selalu bersama kami, Tuhan tidak akan tinggalkan kami.  Hal yang selalu Una dan Uni tekankan dalam diri “semangat, berdoa, dan selalu positive thinking, selalu berprasangka baik sama Tuhan dan yakin kalo semua ini indah pada waktunya”

Pesan Una untuk Uni, harus semangat dek! kuat! panjang umur! bahagia! yakin sembuh, biar kita bisa sama-sama terus, Una masakin Uni terus, Una temani Uni terus. Uni hebat! I love u more than I love my self.