Pemeriksaan Yang Diperlukan Pada Kanker Kolorektal

Jika kita memiliki gejala yang mungkin berasal dari kanker kolorektal, atau jika hasil skrining menunjukkan sesuatu yang tidak normal, dokter akan merekomendasikan satu atau lebih pemeriksaan dan tes di bawah ini untuk menemukan penyebabnya.

  • Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
  • Tes Darah Samar (FOBT, fecal occult blood test), untuk mengetahui adanya darah dalam tinja.
  • Tes darah lengkap (CBC, complete blood count), untuk mengetahui fungsi ginjal dan juga untuk mengetahui adanya adanya anemia.
  • Tes enzim hati (SGPT, SGOT), untuk mengetahui fungsi hati kaitannya dengan apakah sudah terjadi penyebaran kanker ke hati atau belum.
  • Tes penanda tumor. Sel kanker kolorektal terkadang membuat zat yang disebut penanda tumor yang dapat ditemukan dalam darah. Penanda tumor yang paling umum untuk kanker kolorektal adalah antigen carcinoembryonic (CEA).
  • Kolonoskopi diagnostic. Kolonoskopi diagnostik sama seperti kolonoskopi skrining, tetapi dilakukan karena seseorang mengalami gejala, atau karena sesuatu yang abnormal ditemukan pada jenis tes skrining lain.
  • Proktoskopi. Tes ini dapat dilakukan jika dicurigai adanya kanker rektum.
  • Biopsi. Biasanya jika kanker kolorektal dicurigai ditemukan oleh skrining atau tes diagnostik, kanker dibiopsi selama kolonoskopi. Dalam biopsi, dokter mengangkat sepotong kecil jaringan dengan alat khusus.
  • Tes laboratorium sampel biopsy. Tes ini juga sering disebut pemeriksaan patologi anatomi. Sampel biopsi (dari kolonoskopi atau pembedahan) dikirim ke laboratorium patologi anatomi  untuk diperiksa dengan cermat. .Jika kanker ditemukan, tes laboratorium lain juga dapat dilakukan pada sampel biopsi untuk membantu mengklasifikasikan kanker dengan lebih baik dan mungkin menemukan pilihan pengobatan khusus.
  • Tes gen KRAS, NRAS dan BRAF. Jika kanker telah menyebar (bermetastasis), dokter mungkin akan mencari perubahan gen spesifik dalam sel kanker yang mungkin membantu menentukan obat mana yang akan lebih membantu dalam pengobatan daripada yang lain. Misalnya, dokter sekarang biasanya menguji sel kanker untuk mengetahui perubahan pada gen KRAS, NRAS,  dan BRAF . Pasien yang kankernya memiliki mutasi pada gen ini biasanya tidak mendapat manfaat dari pengobatan dengan obat  anti EGFR seperti cetuximab dan panitimumab. Dalam kasus kanker yang memiliki mutasi BRAF V600E, kanker tidak hanya cenderung tidak merespon obat target tertentu, tetapi mungkin memerlukan jenis obat target yang berbeda yang ditambahkan agar pengobatan lebih efektif.
  • Tes MSI dan MMR. Sel kanker kolorektal biasanya diuji untuk melihat perubahan gen yang disebut ketidakstabilan mikrosatelit (MSI microsatellite instability). Pengujian juga dapat dilakukan untuk melihat apakah sel kanker memiliki perubahan pada salah satu gen perbaikan ketidakcocokan (MMR mismatch repair) seperti ( MLH1 , MSH2 , MSH6 , dan PMS2 ).  Tes ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sindrom lynch dan juga untuk memprediksi respon terhadap obat immunoterapi seperti pembrolizumab dan nivolumab.
  • Tes pencitraan untuk mengidentifikasi kanker kolorektal. Tes pencitraan menggunakan gelombang suara, sinar-x, medan magnet, atau zat radioaktif untuk membuat gambar bagian dalam tubuh. Tes pencitraan dapat dilakukan karena beberapa alasan, seperti: untuk melihat area mencurigakan yang mungkin merupakan kanker, untuk mempelajari seberapa jauh kanker mungkin telah menyebar, untuk membantu menentukan apakah pengobatan memberikan hasil yang baik, untuk mencari tanda-tanda kanker muncul kembali (relaps) setelah menjalani terapi. Adapun tes pencitraan tersebut meliputi : 

– Pemindaian tomografi computer atau CT-scan (CT computed tomography). Sebuah CT-scan menggunakan x-ray untuk mendapatkan gambaran yang detail pada penampang tubuh. Tes ini dapat membantu mengetahui apakah kanker kolorektal telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke hati, paru-paru, atau organ lainnya.

– Biopsi jarum yang dipandu CT (computed tomography).  Jika biopsi hati atau paru-paru diperlukan untuk memeriksa penyebaran kanker, tes ini juga dapat digunakan untuk memandu jarum biopsi ke dalam massa (benjolan) untuk mendapatkan sampel jaringan guna memeriksa kanker.

– USG atau ultrasonografi. USG menggunakan gelombang suara dan gemanya untuk membuat gambar bagian dalam tubuh. Instrumen kecil seperti mikrofon yang disebut transduser mengeluarkan gelombang suara dan menangkap gema saat memantul dari organ. Gema diubah oleh komputer menjadi gambar di layar.

– Pemindaian MRI (Magnetic Resonance Imaging). Seperti CT scan, MRI scan menunjukkan gambar rinci dari jaringan lunak dalam tubuh. Tetapi pemindaian MRI menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat, bukan sinar-x. Bahan kontras yang disebut gadolinium dapat disuntikkan ke pembuluh darah sebelum pemindaian untuk mendapatkan gambar yang jelas. MRI dapat digunakan untuk melihat area abnormal di hati atau otak dan sumsum tulang belakang yang dapat menjadi penyebaran kanker. 

– Rontgen dada. Sebuah x-ray  mungkin dilakukan setelah kanker kolorektal telah didiagnosis untuk melihat apakah kanker telah menyebar ke paru-paru, tetapi lebih sering CT scan paru-paru dilakukan karena cenderung untuk memberikan gambar yang lebih rinci.

– Pemindaian tomografi emisi positron atau PET-scan  (PET, Positron Emission Tomography). PET-scan menggunakan gula yang sedikit radioaktif (dikenal sebagai FDG fluorodeoxyglucose) yang disuntikkan ke dalam tubuh, dimana FDG akan terkumpul terutama di sel kanker. Pemindaian PET tidak rutin dilakukan pada orang yang didiagnosis menderita kanker kolorektal, karena biayanya masih relatif mahal. CT scan dan MRI lebih sering digunakan.

Pustaka

1.Panduan Penatalaksanna Kanker Kolorektal, Komite Penganggulangan Kanker Nasional, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

2.Understanding Colon Cancer, Macmillan Cancer Support.

3.https://www.cancer.gov/types/colorectal

4.Colon Cancer, NCCN Guideline for Patients, 2021.