Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal adalah penyakit yang tidak asing bagi dunia, mengingat bahwa penyakit ini telah mengakibatkan beberapa orang terkenal seperti Chadwick Boseman dan Ronald Reagan meninggal dunia. Gejala yang tampak jelas sebelum kematian Chadwick Boseman adalah penurunan berat badan signifikan dan kelelahan yang sangat terlihat dari sang aktor, namun gejala tersebut tidak spesifik menunjukkan kondisi kanker yang dialami. Kejadian tersebut merupakan petunjuk, bahwa mengenali faktor risiko, gejala, pencegahan, dan tindak lanjut kanker sangat penting.

DEFINISI

Kanker kolorektal adalah penyakit yang ditandai oleh adanya pertumbuhan abnormal dari sel-sel kolon (usus besar) atau rektum (penyambung usus besar dan anus). Kanker ini juga dapat disebut kanker kolon atau kanker rectum berdasarkan lokasi asal kankernya.

EPIDEMIOLOGI

Data dari Globocan tahun 2020 menunjukkan insidensi kanker kolorektal di seluruh dunia merupakan kasus terbanyak ketiga setelah kanker payudara dan kanker paru. Kasus baru kanker kolorektal mencapai 1.931.590 kasus di seluruh dunia, dengan jumlah kasus baru di Indonesia sebanyak 34.189 kasus di tahun 2020. Kanker kolorektal merupakan kanker dengan jumlah kasus terbesar ke-4 dari seluruh kasus kanker di Indonesia.

FAKTOR RISIKO

Kanker adalah proses terjadinya mutasi pada DNA suatu organ, menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel-sel kanker yang abnormal dan merusak jaringan sekitarnya. Kerusak DNA ini dapat terjadi oleh berbagai hal, meskipun penyebab pasti terjadinya kanker belum dapat ditentukan hingga saat ini.

Faktor risiko dari kanker kolorektal berasal dari berbagai sumber, baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

Faktor risiko kanker kolorektal yang dapat dikendalikan

1. Diet tinggi daging merah olahan

Konsumsi daging merah (seperti babi, kambing, dan sapi) dan proses pengasinan, pengasapan, dan penambahan bahan pengawet meningkatkan risiko kanker kolorektal.

2. Diet rendah serat, buah, dan sayuran

Beberapa panduan diet menyarankan konsumsi setidaknya 20-30 gram serat tiap hari, Serat tersebut dapat didapatkan melalui buah dan sayuran, yang membantu proses defekasi, mengurangi waktu kontak antara feses (kotoran) dan usus sehingga terjadi penurunan penyerapan zat-zat pemicu kanker di usus. Buah dan sayuran juga mengandung antioksidan yang dapat melindungi sel dari zat-zat karsinogenik

3. Diet rendah Kalsium, Vitamin D, dan produk susu

Kalsium dapat mengikat asam lemak dan asam empedu, mencegah proses perubahan lapisan usus yang berpotensi menjadi kanker, dan dapat mencegah pertumbuhan sel tumor dengan memicu kematian sel kanker dan mengurangi proses mutase genetik. Vitamin D juga berperan penting dalam proses tersebut, karena Vitamin D berfungsi untuk mempertahankan kadar Kalsium dalam darah.

4. Olahraga

Kondisi tubuh yang obesitas atau overweight meningkatkan risiko terjadinya kanker secara signifikan. Olahraga rutin disarankan untuk mengurangi kondisi tersebut.

5. Rokok

Rokok tembakau adalah faktor risiko penting dalam proses terjadinya berbagai kanker, karena rokok tembakau umumnya mengandung banyak zat tambahan yang dapat merusak DNA.

6. Alkohol

Faktor risiko kanker kolorektal yang tidak dapat diubah

1. Riwayat Keluarga dan Genetik

Risiko kanker kolorektal meningkat pada seseorang bila anggota keluarga (terutama orang tua, saudara kandung, atau anak) menderita kanker kolorektal. Kanker kolorektal juga dapat terjadi akibat penurunan sindrom herediter HNPCC dan FAP, yang dapat memicu kerusakan DNA dan meningkatkan risiko terjadinya kanker.

2. Penyakit Inflammatory Bowel Disease

Terdapat 2 penyakit yang termasuk dalam kelompok Inflammatory Bowel Disease (IBD), yaitu Crohn’s Disease dan Ulcerative Colitis. Penyakit IBD merupakan risiko kanker kolorektal terbanyak ketiga setelah gen HNPCC dan FAP. Penyakit IBD akan menyebabkan inflamasi (peradangan) usus besar yang berulang dan kronik, sehingga mengubah sistem imun dan memudahkan pertumbuhan tumor.

3. Polip Kolon

Polip adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari lapisan mukosa (terdalam) dari usus besar. Salah satu tipe polip yang bermakna adalah adenomatosa, karena 95% dari kanker kolorektal bermula dari polip tipe tersebut.

4. Usia

Usia tua adalah salah satu faktor risiko penting dalam terjadinya kanker kolorektal. Orang lanjut usia dengan usia >65 tahun memiliki risiko jauh lebih tinggi menderita kanker, dan risiko ini terus bertambah seiring bertambahnya usia.

Gejala tidak spesifik yang dapat timbul dari kanker kolorektal

1. Perubahan pola BAB (buang air besar), seperti diare, konstipasi (sulit BAB), ukuran feses yang menjadi lebih ramping. Gejala ini pada umumnya terjadi selama beberapa hari.

2. Rasa BAB yang tidak tuntas

3. Perdarahan melalui lubang anus berwarna merah segar

4. Darah pada feses, membuat warna feses menjadi coklat kehitaman atau hitam. Hal ini dapat dipastikan lebih lanjut dengan pemeriksaan mikroskopik.

5. Nyeri abdomen

6. Kelemahan atau lemas

7. Penurunan berat badan yang terjadi tanpa adanya perubahan pola makan atau olahraga

8. Anemia (kekurangan sel darah merah) karena adanya darah yang keluar melalui anus atau tercampur ke feses yang terjadi terus menerus.

Gejala yang dapat dijumpai pada kanker kolorektal yang telah mengalami metastasis (penyebaran sel kanker ke lokasi tubuh lain), adalah jaundice (bagian putih mata menjadi kekuningan). Hal ini terjadi karena hati adalah lokasi metastasis kanker kolon yang sering ditemukan. Perlu diperhatikan bahwa gejala-gejala di atas juga dapat diakibatkan oleh penyakit lain, maka diharapkan bagi individu yang mengalami gejala di atas memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu.

DIAGNOSIS

Diagnosis kanker kolorektal dimulai dengan anamnesis (wawancara medis) oleh dokter untuk mengetahui riwayat pasien, penyakit terdahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang dialami, serta berapa lama gejala tersebut telah dirasakan. Pemeriksaan fisik akan dilakukan secara menyeluruh, disertai pemeriksaan lubang dubur untuk mengetahui adanya massa di bagian dubur. Dokter juga akan menyarankan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah, tinja, atau pencitraan untuk membantu penegakkan diagnosis dan menentukan stadium (derajat beratnya) kanker.

TERAPI

Kanker akan ditangani berdasarkan stadium saat kanker tersebut ditemukan, karena perlu diketahui seberapa luas kanker tersebut telah menyebar di area primer, adanya metastasis ke anggota tubuh yang lebih jauh, serta mempertimbangkan kondisi penderitanya. Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah :

1. Polipektomi dan eksisi lokal

polip dan kanker stadium awal dapat direseksi saat kolonoskopi. Polipektomi adalah prosedur pengambilan polip dengan memotong bagian akar polip, sedangkan eksisi local melibatkan pengambilan jaringan sehat di sekitar jaringan tumor.

2. Kolektomi

pembedahan yang dilakukan untuk mengambil sebagian, atau seluruh usus besar, bersamaan dengan kelenjar limfatik di sekitarnya. Pembedahan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu laparoskopik (luka lebih kecil dan membutuhkan alat khusus) atau kolektomi terbuka (menyayat abdomen dari luar). Kolektomi akan dilanjutkan dengan anastomosis untuk menyambung kedua ujung usus besar yang tidak dipotong dengan cara dijahit.

3. Ablasi atau Embolisasi

Tindakan ini dilakukan untuk tumor kecil yang merupakan hasil metastasis dari kanker kolorektal. Ablasi umumnya menjadi pilihan bagi pasien yang tumor metastasisnya muncul kembali, kankernya tidak dapat diobati dengan pembedahan, atau tidak bisa menjalani pembedahan. Embolisasi dilakukan untuk menangani tumor di hati, dengan melakukan injeksi zat yang diarahkan ke arteri di hati untuk menurunkan aliran darah ke bagian tumor, sehingga tumor akan mati dengan sendirinya.

4. Terapi Radiasi

pengobatan menggunakan sinar energi tinggi seperti sinar X untuk menghancurkan sel kanker. Beberapa jenis kanker kolorektal diobati dengan kombinasi radiasi dan kemoterapi, sehingga seringkati disebut kemoradiasi. Kemoradiasi dapat meningkatkan kinerja terapi radiasi.

5. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dengan menginjeksikan obat anti kanker melalui pembuluh darah, dan obat tersebut akan menyebar ke seluruh tubuh. Kemoterapi akan menyerang sel sakit dan sel sehat.

6. Terapi Target

Terapi target bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, namun memiliki target kerja yang lebih spesifik dibandingkan kemoterapi, sehingga terapi target tidak akan menyerang jaringan atau sel sehat.

7. Immunotherapy

Terapi imun dilakukan dengan membantu sistem imun penderita kanker agar dapat mengenali dan menghancurkan sel kanker dengan lebih baik. Terapi ini dapat dilakukan pada penderita dengan kanker kolorektal stadium lanjut.

Sumber :

1. Central for Disease Control and Prevention. What is colorectal cancer? [Internet]. [cited 2022 Jan]. Available from: https://www.cdc.gov/cancer/colorectal/basic_info/what-is-colorectal-cancer.htm

2. Sawicki T, Ruszkowska M, Danielewicz A, Niedźwiedzka E, Arłukowicz T, Przybyłowicz KE. A Review of Colorectal Cancer in Terms of Epidemiology, Risk Factors, Development, Symptoms and Diagnosis. Cancers (Basel). 2021 Apr 22;13(9):2025.

3. American Cancer Society. Colorectal cancer signs and symptoms | signs of colorectal cancer [Internet]. [cited 2022 Jan 17]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal-cancer/detection-diagnosis-staging/signs-and-symptoms.html

4. American Cancer Society. Testing for Colorectal Cancer | How Is Colorectal Cancer Diagnosed? [Internet]. [cited 2022 Jan 17]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal-cancer/detection-diagnosis-staging/how-diagnosed.html

5. American Cancer Society. Colorectal Cancer Treatment | How to Treat Colorectal Cancer [Internet]. [cited 2022 Jan 17]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal-cancer/treating.html