Skrining atau deteksi dini kanker kolorektal perlu dilakukan, manakala kita belum mendapati gejala gejala kanker usus besar, namun kita mempunyai faktor resiko yang besar, misalnya usia di atas 50 tahun, mempunyai riwayat keluarga dengan kanker usus besar, mempunyai riwayat penyakit radang usus yang lama. Hal ini dilakukan dengan tujuan dapat menemukan kanker usus besar dalam stadium yang masih dini, sehingga bisa dilakukan pengobatan dengan tujuan kuratif (menyembuhkan).
5 tes yang sering digunakan untuk melakukan skrining kanker kolorektal
Tes darah samar (FOBT fecal occult blood test) dengan immunohistokimia
Salah satu cara untuk menguji kanker kolorektal adalah dengan mencari darah samar (tersembunyi) dalam tinja. Gagasan di balik jenis tes ini adalah bahwa pembuluh darah pada polip kolorektal atau kanker kolorektal seringkali rapuh dan mudah rusak pada saat buang air besar. Pembuluh darah yang rusak biasanya berdarah dan masuk ke dalam usus besar atau rektum, tetapi jarang terjadi pendarahan yang cukup sehingga darah dapat dilihat dengan mata telanjang di dalam tinja.
Tes ini memeriksa darah tersembunyi di tinja dari usus bagian bawah. Tes ini harus dilakukan setiap tahun, dan dapat dilakukan di rumah sendiri. Pada tes ini, tidak ada pembatasan obat atau diet sebelum tes (karena vitamin dan makanan tidak mempengaruhi tes), dan pengumpulan sampel mungkin lebih mudah. Tes ini juga cenderung tidak bereaksi terhadap pendarahan dari bagian atas saluran pencernaan, seperti perut.
Jika hasil tes positif (yaitu, jika darah samar ditemukan), kolonoskopi perlu dilakukan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Meskipun darah dalam tinja bisa berasal dari kanker atau polip, bisa juga dari penyebab lain, seperti bisul, wasir, atau kondisi lainnya.
Tes darah samar guaiac (gFOBT (guaiac fecal occult blood test))
Tes darah samar ini menggunakan reaksi kimia. Tes ini tidak dapat memastikan apakah darah berasal dari usus besar atau dari bagian lain dari saluran pencernaan. Tes ini harus dilakukan setiap tahun, dan dapat dilakukan di rumah sendiri. Pada tes ini diperlukan pembatasan obat atau diet sebelum tes.
Tes DNA tinja
Tes DNA tinja (juga dikenal sebagai tes DNA tinja multitarget [ MT-sDNA ] mencari bagian DNA abnormal tertentu dari sel kanker atau polip dan juga untuk mencari darah samar. Kanker kolorektal atau sel polip seringkali mengalami mutasi DNA (perubahan) pada gen tertentu. Sel-sel dengan mutasi ini sering masuk ke dalam tinja, di mana tes ini mungkin dapat menemukannya. Tes ini harus dilakukan setiap 3 tahun dan dapat dilakukan di rumah sendiri. Dan tidak ada batasan obat atau diet sebelum mengikuti tes.
Kolonoskopi
Pada tes ini, dokter melihat seluruh usus besar dan rektum dengan kolonoskop, tabung fleksibel selebar jari dengan kamera video kecil dan ringan di ujungnya. Tabung tersebut dimasukkan melalui anus menuju rektum dan usus besar. Instrumen khusus dapat dilewatkan melalui kolonoskop untuk keperluan biopsi (mengambil sampel) atau menghilangkan area yang tampak mencurigakan seperti polip, jika diperlukan. Tes ini dianjurkan dilakukan setiap 10 tahun sekali.
CT kolonografi (kolonoskopi virtual)
Tes ini merupakan jenis lanjutan dari computed tomography (CT) scan dari usus besar dan rektum yang dapat menunjukkan area abnormal, seperti polip atau kanker. Digunakan program komputer khusus menggunakan sinar-x dan CT scan untuk membuat gambar 3 dimensi dari bagian dalam usus besar dan rektum. Tes ini tidak memerlukan sedasi (obat untuk tidur) atau alat yang dimasukkan ke dalam rektum atau usus besar. Tes ini berguna untuk orang yang tidak dapat atau tidak ingin menjalani tes yang invasif seperti kolonoskopi. Jika polip atau area mencurigakan lainnya terlihat pada tes ini, kolonoskopi masih diperlukan untuk menghilangkannya atau untuk menjelajahi area tersebut sepenuhnya. Tes ini dianjurkan untuk dilakukan setiap 5 tahun sekali.
Sigmoidoskopi fleksibel
Sigmoidoskopi fleksibel mirip dengan kolonoskopi, namun tes ini tidak memeriksa seluruh usus besar. Sebuah sigmoidoscope (tabung fleksibel yang menyala setebal jari dengan kamera video kecil di ujungnya) dimasukkan melalui anus, ke dalam rektum dan kemudian dipindahkan ke bagian bawah usus besar. Sigmoidoskop hanya memiliki panjang sekitar 2 kaki (60cm), sehingga dokter hanya dapat melihat kurang dari setengah usus besar dan seluruh rektum. Gambar dari ruang lingkup terlihat di layar video sehingga dokter dapat menemukan dan mungkin menghilangkan area abnormal. Tes ini dianjurkan dilakukan setiap 5 tahun sekali.
Pustaka
1.Panduan Penatalaksanna Kanker Kolorektal, Komite Penganggulangan Kanker Nasional, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2.Understanding Colon Cancer, Macmillan Cancer Support.
3.https://www.cancer.gov/types/colorectal
4.Colon Cancer, NCCN Guideline for Patients, 2021.